Ini adalah kisah tentang salah satu selebriti gowes di Jogja, sebut saja namanya Bunga. Ndak dink, ada nama bekennya kok, "Dipsi". Saya menjadi saksi ketika awal mula mbak Dipsi gowes yang begitu susah payah, hingga saat ini bisa gowes rutin, dan bisa enjoy ikut berbagai event gowes 100 km. Kalau pas ketemu pagi-pagi di jalan ada yang pakai jersey Hello Kitty dan sepeda lipat oranye, nah itulah mbak Dipsi. Sekarang ini sangat aktif gaya hidup sehat seimbang, berkebalikan dengan sebelumnya yang takut berkeringat dan mengabaikan asupan nutrisi sehat.
Yuk kita simak kisah mbak Dipsi, seperti apa tips dan insight yang semoga dapat menjadi inspirasi untuk kita memulai gaya hidup sehat dengan gowes.
Semenjak gowes sudah menjadi kebiasaan, apa transformasi yang sudah dirasakan?
Dipsi: Sudah terasa banyak banget manfaat fisik dan psikis dengan menjadikan gowes sebagai lifestyle. Ngomong-ngomong, saya gowes tidak mengejar body goals, lho. Tapi lebih untuk memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Dulu saya sering bermasalah dengan jam tidur, sekarang ini tidak lagi, ritme jam biologis jadi normal. Selera makan juga jadi normal, dulu suka nyemil2 gak jelas dan ga doyan makanan sehat. Sekarang makan sehat jadi kebutuhan. Dulu gowes meluncur turunan baru 2 km aja sudah hampir pingsan, stamina payah, sekarang sudah jauh lebih fit. Tapi yang paling terasa itu manfaat psikis-nya. Dulu saya suka merasa seperti "orang hilang", tidak punya tujuan, suka blank besok mo ngapain yang berakibat bad mood. Semenjak sepedaan, saya jadi merasa jauh lebih positif, punya sense of purpose, mood lebih terjaga, lebih bisa mentoleransi saat terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan.
Kok bisa awet gowesnya sampai hampir 2 tahun ini? Kalau tidak suka kan cepet bosen. Apa yang jadi motivasi?
Dipsi: Sebenarnya dulu sering olahraga juga, sudah coba banyak cabang olahraga (senam, gym, berenang, taebo, dsb) tapi ya hanya untuk lifestyle ala-ala, gaya2an aja, jadinya tidak terasa manfaatnya. Bukan sebagai habit. Sejak awal kenal sepeda kebetulan ada coach-nya, teman sekantor yang suka gowes. Peran coach ini yang selalu kasih stimulasi tantangan yang lebih tinggi/berat, tapi masih mampu dicapai, dan akhirnya fisik dan stamina juga ikut terbawa upgrade. Walaupun sepedaan capek, tapi fun dan puas saat berhasil achieve sesuatu, akhirnya jadi terbiasa.
Nyepeda bukan soal kemampuan fisik atau spec sepeda yang harus istimewa, tapi apa yang dirasakan dalam diri. Kalau mau sepedaan harus prepare, tidur harus cukup, siap mental, pasti bisa sampai ke tujuan yang kita inginkan.
Awal nyepeda dulu sempat bingung sama penjelasan coach. Banyak istilah teknis dan penjelasan yang rumit tentang sepeda dan teknik bersepeda. Nonton youtube channel dan baca-baca web tentang sepeda masih belum membantu. Hingga akhirnya saya nonton anime judulnya Long Riders! dan Minami Kamakura High School Girls Cycling Club. Itu inspiring banget, intinya cewek gak biasa olahraga, clumsy, lalu kenalan sama sepeda trus jadi suka banget sepedaan. Di dalam kedua film serial itu juga ada penjelasan terkait teknik bersepeda dan tips-tips yang dijelaskan dengan bahasa yang sederhana. Menarik untuk ditonton para pesepeda wanita pemula, pasti banyak merasakan perasaan yang sama. Semua film itu fokusnya di menyatukan mind, body and soul dalam bersepeda. Yang terpenting dalam bersepeda adalah bagaimana perasaan, jiwa dan fisik kita menyatu dan bikin kita menikmati setiap kayuhan yang kita tempuh. Meskipun jauh, meskipun nanjak, tapi itu bukan masalah saat kita menjalani dengan bahagia.
Sukanya gowes seperti apa sih? Latihannya seperti apa sampai bisa suka gowes 100K?
Dipsi: Yang menyenangkan buatku adalah bisa merasakan hembusan angin. Suka sepedaan dalam group kecil 2-5 teman, gowes weekend lewat jalan yang tidak terlalu ramai dengan jarak yang cukupan sekitar 50-an km supaya pulangnya tidak terlalu panas, ketemu tanjakan dan turunan, bisa lihat pemandangan cakep, sampai di tujuan terasa "Yeaay... I did it!". Habis itu pulang dengan perasaan puas.
Pertama kali mulai bersepeda September 2016. Selang 8 bulan kemudian di Mei 2017 sudah bisa gowes perdana 100K. Waktu itu nekat ikut gowes 100K kebetulan karena tempatnya masih di Jogja dan panitianya juga ngayomi banget, jadi yaa diberani-beraniin ikut. Masih banyak dituntun dan turunnya loading sih, tapi tetep puas bisa menempuh 100k pertamaku. Sempat jatuh saat latihan menjelang hari H, dan itu bikin down. Tapi akhirnya saya bisa mengatasi itu.
Untuk gowes 100k tidak ada latihan khusus sih. Hanya latihan rutin setiap hari Sabtu/Minggu. Rute latihan pun juga yang dekat-dekat saja, palingan ke Pakem/Kaliurang, PP sekitar 20-30km. Sesekali kalau ada temennya baru ambil rute yang agak jauh.
Apa event gowes yang paling berkesan?
Dipsi: Sebenernya yang bikin berkesan, bukan event gowesnya. Tapi dengan siapa saya bisa mengayuh sepeda. Saya sangat bersyukur sekali bisa mengenal dan belajar bersepeda di lingkungan kantor sekarang, dikelilingi oleh para coach yang humble yang mau mengajari dengan sabar. Meskipun jam terbang mereka sudah tinggi, mereka tetap humble. Itu yang menjadi pengingat sampai sekarang. Saat bersepeda, penting untuk tetap humble dan menjaga semangat bersepeda. Kemudian yang terpenting adalah bagaimana menyebarkan semangat itu kepada orang lain.
Ada pesan sponsor untuk yang masih ragu-ragu sepedaan?
Dipsi: Dengan menjadikan olahraga sebagai lifestyle, manfaat fisik dapet, tapi di luar itu juga kita dapet manfaat yang lebih penting. Jadi membentuk kebiasaan, mental, kepribadian, dan membentuk lingkungan kita juga. Pastinya kita akan ada diantara komunitas pesepeda. Saya percaya, circle yang memiliki energi positif akan membentuk diri kita menjadi baik dan positif juga.
Biasanya, yang masih ragu untuk memulai bersepeda alasannya adalah mahal dan capek/tidak kuat. Nominal modal sepeda sebenarnya bukan masalah, karena sepeda ada di harga berapapun, bisa menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. Toh yang kita kendarai adalah sepedanya, bukan price tag, bukan merknya. Kemudian untuk alasan tidak kuat, saya tadi udah cerita kalau saya nyaris pingsan saat gowes 2km di turunan landai. Apakah kondisi fisik kalian lebih buruk dari saya? Kalau tidak, kalian bisa melakukan yang jauh lebih baik dari saya.
Pada akhirnya kalau sudah doing something yang kita suka, dalam hal ini sepeda, ya cuma ada kita dan sepeda, ayo kita nikmati, tidak harus mikir sepeda kudu begini begitu. Saya hanya penghobi, tidak harus kejar bikin otot seperti pembalap, yang penting gowes dan bahagia. Dan yang pasti, kalau tidak dimulai, kita tidak akan merasakan manfaatnya. Tapi kalau sudah mulai tidak bisa berhenti. So.. tunggu apa lagi? Join yuk di #happycyclinghappyme :)
Categories:
Kota:
Diskusi Terkini